Bertaqwa berakhlak mulia cerdas terampil berwawasan kebangsaan sehat dan berbudaya
LIMOSIN
Literasi ESSAMO Buletin, kali ini tampil beda. Pada edisi sebelumnya anak-anak LIMOSIN masih menggunakan paper untuk cetak buletin yang terbit setiap semester ini. Nah untuk kali ini LIMOSIN tampil paperless, yang bisa dibaca para penggemarnya dimana dan kapan saja. Ingin tahu LIMOSIN edisi terbaru klik di sini
Buku Antopologi puisi ini merupakan karya sebagian siswa SMA Negeri 1 Mojolaban yg tergabung di kegiatan literasi. Karya ini adalah salah satu projek pada program sekolah Adipangastuti.
Tema yg ada pada puisi-puisi yg disuguhkan adalah penerapan hasthalaku yg dikemas dengan apik melalui kalimat² indah.
Harapannya, smg buku kumpulan puisi ini akan dapat menginspirasi bagi pembaca dalam menerapkan perilaku mulia di kehidupan sehari-hari. Untuk dapat melihat buku Antopologi Puisi dapat dilihat disini
STOP BULLYING
Akhir-akhir ini kasus bullying atau perundungan sering dibicarakan baik di lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi. Perundungan sangat merugikan bahkan bisa memakan korban. Di Temanggung, seorang siswa membakar sekolah akibat menjadi korban perundungan. Seperti halnya di Banjarmasin, korban perundungan membacok temannya. Nadiem Makarim, Kemendikbud Ristek RI, menyebutkan bahwa perundungan adalah salah satu dari tiga dosa besar pendidikan.
Tak jarang perundungan terjadi atas nama senioritas, baik saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) maupun saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ironisnya korban perundungan bisa menjadi pelaku untuk membalas dendam sakit hatinya saat dirundung seniornya.
Menurut laman Kemendikbud RI, perundungan adalah suatu perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal maupun fisik yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan. Perundungan juga sering terjadi akibat relasi kuasayang timpang antara korban dan pelaku.Perundungan terbagi menjadi empat jenis, yaitu kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, non verbal langsung dan non verbal tak langsung. Contoh perundungan kontak fisik langsung adalah meminta dengan paksa, merusak barang orang serta pelecehan. Sedangkan mempermalukan dan mengintimidasi termasuk dalam perundungan kontak verbal langsung. Perundungan non verbal bisa terjadi saat pelaku melihat dengan sinis dan menunjukkan ekspresi wajah yang merendahkah. Sedangkan perbuatan mengucilkan dan pengabaian termask dalam perundungan non verbal tidak langsung.
Pelaku terkadang tidak menyadari bahwa tindakannya mengakibatkan dampak yang besar bagi korban. Trauma yang ditimbulkan dapat membekas bertahun-tahun. Mereka akan diliputi perasaan malu, sedih, marah, dendam, tertekan, terancam, tetapi tidak paham bagaimana mengatasinya.
Korban perundungan mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan. Mereka merasa tidak nyaman bahkan menghindar jika harus berada di kerumunan. Tekanan yang besar menjadikan beberapa korban perundungan ingin pindah sekolah. Jika dipaksa tetap bersekolah di tempat dia mengalami perundungan bisa mempengaruhi semangat belajarnya dan berakibat prestasinya memburuk. Bahkan dampak yang paling berbahaya, korban mengalami depresi, menarik diri dari pergaulan bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya.
Semua orang bisa menjadi pelaku maupun korban perundungan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama berbagai pihak antara Kepala Sekolah, guru dan orang tua untuk mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Salah satu caranya dengan melaksanakan gerakan anti perundungan melalui seminar, koordinasi dengan warga sekolah tentang dampak perundungan serta meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah.
Sekolah adi pangastuti adalah sebuah model sekolah yang menerapkan sikap perilaku bijaksana, baik, lembut dan sabar dengan dengan menekankan nilai-nilai lokal budaya Jawa (Hasthalaku)
© Copyright 2020 SMA Negeri 1 Mojolaban